Sempat ramai pemberitaan di berbagai media online di Indonesia, yang memuat judul berita yang relatif sama “Netizen Indonesia Bikin Review Google Maps, Sungai Aare Swiss Buruk dengan Memberi Bintang 1”.
Akibat tindakan ini, rating Sungai Aare Swiss sempat mencapai 3,7. Para akedemisi dan praktisi Place Branding sudah memperkirakan efek dari digital branding bahwa akan muncul komentar negatif terhadap sebuah lokasi destinasi yang dampak mempengaruhi image lokasi tersebut.
Sonya Azad Hanna & Jennifer Rowley (2015) dalam “Rethinking Strategic Place Branding in the Digital Age” mengemukakan memang pengelola Place Branding tidak memiliki kendali terhadap komentar negatif yang disampaikan pengguna/pengunjung.
Namun, percakapan di media sosial sudah menjadi kehidupan sehari-hari, sehingga pengelola Place Branding harus mampu mengekplorasi keseimbangan komentar positif dan negatif sehingga bisa saling belajar untuk menemukan percakapan yang memberi manfaat di media sosial.
Lebih lanjut, Christodoulides (2009) menyebutkan Branding pasca internet merupakan upaya memfasilitasi percakapan seputar Brand dan menciptakan makna bersama (share value).
Oleh sebab itu, pengelola Place Branding sebaiknya menciptakan komunitas online dan juga memiliki pendekatan strategis untuk mendengarkan dan melibatkan komunitas untuk membangun Place Branding (Hanna & Rowley, 2015).
Hanna & Rowley (2015) menawarkan Digital Strategic Place Brand Management yang terdiri dari tujuh elemen, yakni: Community, Communication, Channel, Co-creation, Collaboration, Clutter dan Chatter.
Pendekatan strategi ini menyadari bahwa ruang digital berupa blog, review tempat, dan media sosial merupakan ruang percakapan untuk berbagi pengalaman terhadap sebuah tempat.
Oleh sebab itu, community, co-creation dan collaboration dapat menjadi elemen yang menjaga keseimbangan komentar positif dan negatif terhadap sebuah lokasi destinasi dan sekaligus menciptakan makna bersama (share value).
Oleh sebab itu, Pak Bi menyampaikan pengelola Brand saat ini harus mampu beradaptasi dengan perubahan di era media sosial yang membuat setiap konsumen bisa menjadi content creator.
Situasi ini memberikan potensi bagi pengelola Place Brading untuk membangun citra kota maupun lokasi destinasi. Ini saatnya pengelola Brand memahami perbedaan dan keunggulan tiap-tiap pendekatan Marketing (mulai Marketing 1.0 yang berorientasi Product Centric hingga Marketing 4.0 yang berorientasi Community Base)
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia Pesona Kota-Kota di Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto, untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.
JF Sebayang