Dari sudut pandang psikologi konsumen, saat mereka berinteraksi dengan sebuah brand, mereka juga berinteraksi secara sosial dengan sesama pengguna brand. Interaksi ini membentuk keterhubungan yang disebut dengan istilah “connecting brand” (Schmitt, 2012).
Studi Schmitt (2012) menemukan bahwa keterlibatan konsumen terkait brand menjalani lima tahapan proses, yakni identifying, experiencing, integrating, signifying dan connecting. Connecting merupakan interaksi konsumen dengan brand dan membangun yang bermakna dengan brand dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Salah satu konsep menarik terkait “connecting brand” adalah Brand Community dan Brand Tribes. Meskipun keduanya bertujuan untuk menghubungkan konsumen dengan merek, terdapat perbedaan mendasar antara Brand Community dan Brand Tribes.
Brand communities merupakan sekumpulan hubungan sosial yang terstruktur seputar penggunaan Brand yang menciptakan ritual dan tradisi bersama, serta rasa tanggung jawab moral terhadap anggota lain (Muniz & O’Guinn, 2001). Berbeda dengan Brand Communities, Consumer/Brand Tribe lebih berorientasi pada ikatan emosi dan berbagi pengalaman serta terlibat dalam aksi kolektif (Cova dan Cova, 2002).
Lebih lanjut, Fournier dan Lee (2009) mengungkapkan bahwa Brand tribe lebih tertarik pada hubungan sosial yang berasal dari afiliasi terkait Brand daripada Brand itu sendiri sebagai merek.
Contoh brand community adalah komunitas pengguna Apple aktif berbagi pengalaman dan antusiasme mereka melalui platform seperti acara Apple WWDC. Sedangkan, brand tribe adalah komunitas penggemar Harley-Davidson tidak hanya menyukai produknya, tetapi juga mengadopsi nilai-nilai kebebasan dan petualangan dari simbol Harley-Davidson.
Perbedaan mendasar antara brand community dan brand tribe terletak pada fokus identitas mereka. Brand community lebih fokus pada hubungan langsung dengan brand dan pengalaman produknya, sementara brand tribe lebih menekankan pada identitas kelompok dan nilai-nilai yang dibagikan.
Kondisi ini membuat ada perbedaan strategi pendekatan, yakni brand community lebih mengarah pada pengalaman produk dan layanan pelanggan, sedangkan brand tribe lebih kearah memahami dan mendukung nilai-nilai kelompok untuk mempertahankan loyalitas konsumen.
Meskipun brand community dan brand tribe memiliki orientasi dan tujuan yang berbeda. Namun, kedua komunitas ini selalu tergerak untuk mempromosikan dan membela brand yang mereka sukai.
Oleh sebab itu, Pak Bi dalam “Kitab Bisa Bikin Brand” memperkenalkan Marketing 4.0 untuk mengelola kelompok yang mempunyai mutual interest sehingga bisa menjadi tribe yang akan memasarkan produk anda.
Bagaimana cara membangun kedekatan dengan konsumen serta membangun tribe bisnis anda, bisa dibaca di “Kitab Bisa Bikin Brand” dan ikuti workshop “Bisa Bikin Brand” tanggal 23-24 Juli 2024
Bagi yang berminat untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang