rumahukm.com. Di era digital, audiens semakin selektif dalam menerima marketing message. Iklan konvensional yang terlalu hard selling justru sering diabaikan atau bahkan dianggap mengganggu. Sebaliknya, brand yang mampu membangun koneksi emosional melalui storytelling lebih mudah menarik perhatian dan menciptakan keterikatan dengan konsumennya. Storytelling bukan cuma teknik pemasaran, tapi teknik brand berbicara kepada audiens dengan cara yang lebih manusiawi, mengundang mereka masuk ke dalam narasi yang bermakna, bukan sekadar menjejalkan promosi produk.
Menurut Philip Kotler, dalam “Marketing 4.0”, konsumen modern tidak hanya mencari produk yang fungsional, tetapi juga makna dan pengalaman dari sebuah brand. Inilah mengapa storytelling menjadi kunci dalam membangun keterlibatan (engagement). Brand seperti Apple dan Nike sukses bukan hanya karena produknya berkualitas, tetapi juga karena mereka menjual cerita, tentang inovasi, keberanian, dan semangat pantang menyerah. Kisah-kisah ini menciptakan tribes, yaitu komunitas customer yang tidak hanya membeli produk, tetapi juga mengadopsi nilai-nilai yang diusung oleh brand tersebut.
Pak Bi @subiakto juga menegaskan bahwa branding bukan hanya tentang “jualan”, tapi tentang membangun cerita yang bisa menyentuh emosi audiens. Beliau sering mengingatkan bahwa audiens lebih suka “didongengi”, bukan diceramahi atau dipaksa membeli. Ketika sebuah brand memiliki narasi yang kuat baik melalui sejarah, misi sosial, atau perjalanan inspiratif, konsumen lebih cenderung terhubung secara emosional dan akhirnya menjadi customer loyal.
Sebagai seorang brand owner, kamu tentu saja harus paham betul bahwa konsumen saat ini bukan sekedar pembeli, tetapi juga pencari makna. Dengan membangun cerita yang autentik, relevan, dan menyentuh sisi emosional, sebuah brand bisa lebih dari sekadar bisnis, namun menjadi bagian dari kehidupan audiensnya. Jadi, daripada cuma “jualan”, mulailah bercerita. Karena pada akhirnya, cerita yang baik akan lebih diingat daripada sekadar promosi harga atau diskon sementara.
Sebelum merumuskan storytelling versimu, kamu sebaiknya belajar dulu branding-marketing-selling sebagai dasar ilmunya. Pak Bi akan mengupas tuntas buat kamu di Workshop BBB tanggal 22-23 April di Jakarta! Sudah daftar, belum?
Penulis: Nungki Mayangwangi