Rumah UKM beberapa waktu lalu melakukan peliputan langsung untuk salah satu rekan UKM yaitu Sop Durian Durio di Depok, tepatnya tanggal 27 Agustus 2014. Kru rumahukm.tv berkesempatan untuk bertemu langsung dengan Marwan yang mana ia adalah founder dari Sop Durian Durio. Berbicara tentang Sop Durian Durio tidak hanya tentang kelezatan durian yang dibalut dengan kuah dan topping lezatnya, tapi ada banyak kisah menarik di balik berdirinya usaha yang bergerak di bidang makanan olahan durian ini.
Jauh sebelum menikmati kesuksesannya saat ini, Marwan sempat berkali-kali mengalami kebangkrutan dalam berbisnis. Sang pemilik Sop Durian Durio ini sudah mulai terjun ke dunia usaha tahun 2010, dimulai dari bisnis MLM yang mana dirinya mengalami kegagalan. Selanjutnya tahun 2011, Marwan menjajal bisnis Lele Sangkuriang, yang mana dirinya kembali mengalami kebangkurtan. Tidak cukup sampai di situ, tahun 2012 Marwan pantang menyerah, jiwa entrepreneurship-nya mendorong dirinya untuk terus berusaha, maka dibukalah sebuah cafe yang bernama Warung Emak. Cafe Warung Emak ini menawarkan berbagai varian produk seperti Mie Ayam, Siomay, dan Sop Durian. Lagi, Marwan kembali mengalami kebangkrutan setelah bisnis cafe ini ia jalankan selama 2 setengah bulan.
Yang menarik dari wawancara ini adalah, Marwan selalu mengucapkan “Alhamdulillah” di tiap kebangkrutan yang ia alami. Seperti tidak ada kekecewaan mendalam yang ia rasakan. Hal ini bisa manjadi inspirasi bagi kita semua untuk terus berjuang dan pantang menyerah. Dan percaya bahwa Tuhan telah menyiapkan rencana yang lebih baik untuk kita.
Titik balik kesuksesan Marwan dimulai dari setelah lebaran tahun 2012. Bermula dari iseng membersihkan kontak BBM, dan sekalian mengucapkan lebaran kepada teman-temannya, keisengan inilah yang mengantarkan Marwan untuk menyapa temannya yang mana beliau adalah seorang ahli pangan IPB yaitu pak Ihsan Nur. Sapaan dari BBM tersebut mengantarkan mereka bertemu untuk berbicara dan merumuskan sebuah kesepakatan untuk berbisnis. Urusan produksi Marwan serahkan kepada pak Ihsan Nur, sedangkan operasional dan marketing menjadi tanggung jawab Marwan. Sebelumnya bersama-sama mereka juga telah melakukan riset terlebih dahulu kira-kira 4-6 bulan.
Kendala yang dihadapi Marwan sebelum memulai Sop Durian Durio adalah ia baru saja mengalami kebangkrutan yang tidak sedikit setalh usaha Warung Emak, kira-kira sebesar 35 juta Rupiah. Karena hal tersebut, Marwan mau tidak mau mencari investor, syukurnya ia tidak mengalami kesulitan berarti karena ada temannya mau mengucurkan dana sebesar 5 juta rupiah untuk Marwan memulai usahanya.
Pertama kali jualan, Marwan sedikit berbeda dalam menjalankan usahanya dengan pengalaman yang ia lakukan terhadap usaha-usahanya sebelumnya. Marwan dan timnya menggunakan barang seadanya, berbeda dulu ia selalu ingin sempurna di awal, misalanya furniturnya harus bagus. Tapi bersama Sop Durian Durio, Marwan memulai dengan apa adanya, gerobak pun gerobak bekas. Usaha pun dimulai dengan menyewa pekarangn rumah, yang kebetulan rumah dari investornya sendiri. Kemudian setelah berkembang akhirnya Marwan menyewa halamannya untuk dijadikan lesehan.
Baru satu bulan buka, Sop Durian Durio tidak hanya kedatangan banyak pelanggan, tapi di antara mereka pun banyak yang mengajukan penawaran untuk bekerja sama. Awalnya Marwan tidak begitu tertarik untuk bermitra, karena dirinya khawatir resepnya dicuri atau banyak lagi kekhawatiran lainnya. Lalu Marwan pun berkonsultasi dengan mentor bisnisnya, dan sang mentor pun mengatakan bahwa Marwan justru harus membuka kemitraan, karena “Justru kamu harus bermitra karena semakin banyak mitra bisnismu semakin banyak yang mendoakanmu, jadi semakin berkah usahanya.” begitulah ucap Marwan menirukan ucapan mentornya saat wawancara.
Bak gayung bersambut, sang mentor pun mengenalkan Marwan kepada rekannya seorang Doktor yang kebetulan punya anak berumur 16 tahun yang sedang belajar bisnis. Singkat cerita Marwan setuju untuk menjual kemitraan bisnisnya kepada sang doktor tersebut senilai 4 setengah juta Rupiah. Sang anak ini buka usaha Sop Durian Durio di depan rumahnya kebetulan juga memiliki kios. Saat ramadhan tahun 2013, sang anak yang baru berusia 16 tahun ini sukses memperoleh omset sebesar 15 juta rupiah dalam satu bulan. Dari situ Marwan pede untuk jual kemitraan, anak berumur 16 tahun aja bisa jual sop durian. Dari situ Sop Durian Durio serius untuk buat website dan segala sistemnya disiapkan untuk orang bisa berjualan sop durian.
Karena terus konsisten memberi kepuasan kepada pelanggan, maka makin banyak mitra yang tertarik untuk bekerja sama dengan Marwan atau lebih tepatnya membeli franchise atau waralaba Sop Durian Durio. “Sebetulnya belum bisa dibilang franchise sih karena franchise itu kan dua tahun, cuma saya kadang memudahkan orang aja, sebetulnya business opportunity atau paket usaha.” ujar Marwan. Dari sejak ramadhan itu Sop Durian Durio cuma punya 3 mitra, Ferhad (16 tahun), Bu Haniah di Bogor, dan Bu Yanti di Bekasi. Dari situ Marwan makin serius menggarap kemitraan, bertambah-tambah akhirnya Marwan dan timnya perlu bikin kantor di Depok. Kemudian rekrut karyawan lagi, rekrut kurir, dan barulah perlahan-lahan Sop Durian Durio terus tumbuh hingga sekarang sejak Agustus 2014 Sop Durian Durio sudah punya 108 mitra di seluruh Indonesia.
Dalam wanwancara tersebut Marwan juga menjelaskan proses bisnis dan produksi yang dilakukan Sop Durian Durio, mulai dari distribusi durennya itu sendiri, sampai ke penyajian sebuah produk seperti Sop Durian, Pancake, dan berbegai makanan olahan durian lainnya kepada pelanggan. Untuk lebih lengkapnya tentang proses produksi ini, anda bisa saksikan langsung di rumahukm.tv
Tidak lupa Marwan juga menyampaikan pandangannya soal AFTA/AEC 2015. Mengutip pak Subiakto saat Marwan menghadiri kelas Bukan Akademi di Klenger Burger Tebet, “Solusi untuk mengahdapi AFTA 2015 adalah One Village One Brand.” Konsep tersebut adalah konsep yang diusulkan oleh pak Subiak atau yang akrab disapa pak Bi. Marwan pun sangat setuju dengan konsep tersebut dan mengatakan bahwa Sop Durian Durio pun punya visi ke arah sana. Ia sendiri mengatakan bahwa Durio ingin menjadi brand dari sebuah produk makanan olahan durian yang dapat menembus modern market seperti Seven Eleven, Lawson, dll.
“Saya salut dengan teman-teman bukan akademi ya karena mentoring yang diberikan itu gratis gitu, dan sebetulnya walaupun bayar saya siap untuk bayar karena materinya sangat bagus. Tapi materi yang sanagt bagus itu pun diberikan secara gratis oleh teman-teman bukan akademi.” ujar Marwan melanjutkan komentarnya terkait kelas Bukan Akademi yang pernah ia ikuti. Marwan juga mengaku kaget saat menghadiri halal-bihalal bersama Bukan Akademi di Dapuraya-Pasaraya “Materi selanjutnya ketika halal bihalal di Pasaraya Grande saya juga kaget tuh saya dapet voucher makan gratis ini luar biasa nih supportnya buat UKM.” lanjut Marwan.
Marwan juga turut mengucapkan terima kasih atas peliputan yang dilakukan rumahukm.tv. Menurut Marwan ukm bukan hanya perlu modal saja tapi juga pendampingan karena suatu saat ketika mengelola bisnis biasanya pengusaha ukm ini bingung. “Makanya dengan adanya komunitas bukan akademi ini kita para pengusaha ukm bisa belajar bareng, saling sharing. Kita bukan lagi jamannya saingan tapi sinergi. Karena kita memang sebagai anak bangsa punya kepentingan untuk membeli kembali Indonesia.” ujar Marwan mengenai betapa pentingnya untuk berkolaborasi satu sama lain sekarang.
Sop Durian Durio (@SopDurianDurio)
Jalan Angin Mamiri Raya No.24 Depok 2 Tengah 16411
(100 meter dari Kantor Pos Depok 2, pinggir jalan persis pangkalan becak)
Telepon: 0878 8049 5207
Pin Blackberry: 280 FF1 F9
Email : sopdurian@gmail.com
Owner: Marwan (@MarwanDurio)