rumahukm.com. Tahukah kamu, di balik brand-brand besar yang kita kenal, selalu ada cerita kuat yang relevan dan mampu menciptakan kedekatan emosional. Riset dari Content Marketing Institute menunjukkan bahwa 92% konsumen lebih menyukai konten berbentuk cerita dibandingkan iklan konvensional. Jadi, gimana sih cara membuat storytelling yang efektif? Berikut beberapa teori storytelling dari lima tokoh branding dunia yang sudah terbukti sukses:
- Simon Sinek: “Start With Why”
Simon Sinek dikenal dengan teorinya, “Start With Why,” yang berarti mulailah dengan alasan “kenapa”. Menurut Sinek, konsumen tidak hanya membeli produk, tetapi juga alasan di balik produk tersebut. Contohnya, Apple tidak hanya menjual gadget, tetapi juga ide untuk berpikir beda dan mengubah dunia. Sinek mengatakan, “When you tell people why you do what you do, you’re tapping into their emotions, and that’s where the magic happens.” Jadi, untuk membuat storytelling yang efektif, berangkatlah dari ‘mengapa’!
- Donald Miller: “Building a StoryBrand”
Donald Miller menawarkan pendekatan unik dalam bukunya, “Building a StoryBrand.” Menurut Miller, dalam setiap cerita, brand harus berperan sebagai ‘guide’, sementara konsumen adalah pahlawan. Artinya, brand story harus membantu audiens menyelesaikan masalah mereka. Riset dari HubSpot menemukan bahwa 68% konsumen lebih percaya pada brand yang memberikan solusi, bukan sekadar jualan produk. Miller berpendapat, “When you position your customer as the hero, you give them the spotlight and make them feel special.”
- Seth Godin: “Purple Cow”
Seth Godin mungkin lebih dikenal lewat konsep “Purple Cow,” namun dalam storytelling, ia menekankan pentingnya menjadi extraordinary dan berbeda. Godin percaya bahwa cerita yang menarik adalah cerita yang unik, yang membuat brand-mu terlihat menonjol di tengah keramaian. Menurut survei Edelman Trust Barometer, 81% konsumen berharap brand bisa terus berinovasi dan menawarkan sesuatu yang baru. Godin berkata, “Remarkable stories are the ones that people talk about; they’re the stories that spread.”
- Nancy Duarte: “Resonate”
Nancy Duarte, seorang ahli presentasi, dalam bukunya “Resonate” menekankan bahwa cerita yang efektif harus memiliki elemen konflik dan resolusi. Ini membuat cerita lebih menarik dan mudah dipahami. Data dari Stanford University menunjukkan bahwa cerita dengan konflik yang jelas dapat meningkatkan daya ingat audiens hingga 22 kali lebih baik. Duarte juga mengatakan, “Every great story has a ‘what is’ and a ‘what could be’—it’s the tension between the two that keeps people hooked.”
- Brené Brown: “The Power of Vulnerability”
Brené Brown, meski dikenal sebagai peneliti dan penulis, juga memberikan pengaruh besar dalam dunia storytelling. Ia menekankan pentingnya kerentanan dan keaslian. Brown mengatakan, “People connect more with your imperfections than your perfections.” Riset dari Harvard Business Review menyatakan bahwa brand yang menunjukkan sisi manusiawi dan autentik lebih mungkin membangun loyalitas pelanggan. Jadi, jangan ragu untuk menunjukkan sisi asli dan manusiawi dari brand story-mu!
Untuk kamu yang ingin menciptakan storytelling yang kuat bagi brand-mu, pelajari teori-teori dari lima tokoh ini, dan jangan lupa ikut Workshop Offline Storytelling berikutnya bareng sang maestro branding Indonesia, Pak Bi @subiakto.
Mulai dari menemukan ‘why’, menjadikan audiens sebagai pahlawan, hingga tampil beda dan autentik—semua ini adalah kunci untuk menciptakan cerita yang tidak hanya didengar, tetapi juga diingat dan dirasakan. Di dunia branding, cerita yang efektif bukan hanya tentang menyusun kata-kata, tetapi tentang menciptakan pengalaman yang bermakna dan berkesan bagi audiensmu! Dan follow Instagram @subiakto, kunjungi website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com, dan rumahukm.com. Subscribe juga channel YouTube Pak Bi di Subiakto Official!
Penulis: Nungki Mayangwangi