rumahukm.com. Nilai sebuah Brand dari persepsi pelanggan, terjadi saat konsumen akrab dengan merek tersebut dan menyimpan beberapa asosiasi merek yang disukai, kuat, dan unik dalam ingatan mereka (Keller, 1993).
Keller menyebutkan asosiasi merek ini dapat terbagi atas tiga kategori utama: atribut, manfaat, dan sikap. Atribut mencakup fitur fisik atau karakteristik produk yang mempengaruhi persepsi konsumen. Sedangkan, manfaat mengacu pada nilai atau kegunaan yang dirasakan oleh konsumen. Kemudian, brand attitude mencerminkan evaluasi emosional secara utuh yang menentukan kualitas dan nilai sebuah merek.
Idealnya, setiap pelaku usaha harus mampu mengukur jaringan asosiasi merek ini untuk mendapatkan peta merek untuk mengetahui bagaimana setiap asosiasi merek ini terhubung satu dengan yang lainnya.
Oleh sebab itu, John et al (2006) memperkenalkan “Brand Concept Map (BCM)” yang menggambarkan bagaimana konsumen berpikir tentang merek, dengan format visual yang memudahkan manajer melihat asosiasi merek yang penting dan keterhubungannya dalam pikiran konsumen.
BCM akan menunjukkan keterhubungan beberapa asosiasi, baik terhubung secara langsung maupun yang terhubung secara tidak langsung dengan merek. Terakhir, BCM juga menunjukkan keterkaitan antar asosiasi.
Misalnya, BCM dari Volkswagen Beetle. Asosiasi langsung dengan Volkswagen Beetle, yakni: “fun to drive”, “inexpensive”, Good Winter Car. Sedangkan asosiasi tidak langsung, misalnya “good gas mileage”. Sedangkan keterkaitan antar asosiasi terlihat pada hubungan dan “fun to drive” dan “inexpensive”.
Secara khusus, BCM akan fokus pada asosiasi merek inti, yaitu kumpulan asosiasi merek terpenting untuk menciptakan Brand Image. Meskipun konsumen bisa saja memberikan begitu banyak asosiasi terkait dengan sebuah merek. Namun, tetap saja asosiasi merek inti yang harus menjadi perhatian untuk membangun, dan mengelola sebuah merek.
Secara praktis, peta konsep Brand dapat dibuat mengikuti “Rule of Thumb” dari Pak Bi, yakni “mulailah dengan produk generik dan kemudian tambahkan kata YANG di belakang produk tersebut”.
Misalnya, produk generiknya adalah ‘air’ yang manfaatnya untuk memenuhi kebutuhan dasar pelanggan (haus). Agar produk generik memiliki keunggulan daya saing, maka ditambahkan “Add Value” misalnya garansi, layanan pasca pembelian, layanan pengiriman, dan fitur lainnya.
Mau tahu cara menggunakan kata “YANG” untuk mengubah produk generik menjadi “Produk Satu-Satunya” ?
Temukan jawabannya di workshop “Bisa Bikin Brand” tanggal 23-24 Juli 2024
Bagi yang berminat untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Penulis: JF Sebayang