Diskon Bukanlah Pilihan

0
295
Diskon Bukanlah Pilihan

Perekonomian global terus menghadapi tantangan berat, akibat pengaruh: perang Rusia-Ukraina, tekanan inflasi, dan melambatnya pertumbuhan ekonomi China. IMF memproyeksikan pertumbuhan global melambat menjadi 2,7 persen pada tahun 2023. Singkatnya, meski yang terburuk belum datang, namun bagi sebagian orang tahun 2023 serasa seperti resesi.(Pierre-Olivier Gourinchas, 2022).

Umumnya, masyarakat merespon resesi dengan mengurangi konsumsi dan mulai menyimpan uang untuk berjaga-jaga mengantisipasi jika situasi ekonomi semakin memburuk. Saat situasi konsumen mengurangi konsumsi produk, pelaku usaha biasanya melakukan penawaran diskon untuk menarik perhatian konsumen. Langkah ini biasa dilakukan dari perspektif mix marketing, karena harga merupakan elemen yang paling mudah diubah dan memiliki efek langsung terhadap penjualan (Sharp, 2010).

Byron Sharp mengingatkan meski diskon harga memiliki efek langsung dan positif pada penjualan. Tetapi efeknya tidak bertahan lama, pengaruhnya hilang saat diskon harga berakhir. Selain itu, diskon tidak mengubah preference konsumen untuk membeli produk tersebut di masa depan, dan biasanya pendekatan diskon tidak berhasil membawa pelanggan baru untuk membeli produk brand (Sharp, 2010)

Sejumlah bukti empiris memperlihatkan tidak ada peningkatan penjualan dalam jangka panjang karena pemberian diskon. Kalaupun ada lonjakan kenaikan penjualan akan terlihat promosi diskon, setelah itu konsumen kembali ke pola pembelian sebelum promosi dan penjualan kembali ke tingkat sebelum promosi (Sharp, 2010). Byron Sharp mengemukakan, satu-satunya alasan untuk melakukan program diskon untuk membangun hubungan baik dengan  pengecer (retailer).

Selain itu, diskon merupakan pendekatan berbiaya tinggi, karena mengikis margin laba. Daripada mengalokasi biaya untuk diskon, lebih baik budget tersebut untuk membangun brand dengan melakukan komunikasi brand untuk meningkatkan penjualan di masa depan (Sharp, 2010).

Oleh sebab itu, Pak Bi dalam workshop “Branding, Marketing, Selling” menjelaskan perbedaan perspektif harga dari berbagai pendekatan Marketing, yakni  Price (Marketing 1.0), Cost (Marketing 2.0), Currency ((Marketing 3.0) dan Excitement (Marketing 4.0). Saat konsumen mengalami “Excitement” kepada Brand anda, harga tidak lagi menjadi masalah. “Price is Not All-Important” (Bryon Sharp, 2010).

Sumber: Instagram @subiakto

Bagi pelaku usaha yang tertarik membangun Brandsilahkan  mengikuti serial workshop “Branding Marketing Selling”, “Magnet Branding” dan “Brand Distruption”

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Silakan subcribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official untuk mendapatkan inspirasi dan insight dalam membangun bisnis yang sustainable dan profitable.

Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Brand Made in Indonesia

Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia

Cita Rasa Dunia … Indonesia

Penulis: JF Sebayang

@jfsebayang

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here