Workshop Pengembangan Koperasi dan UMKM: OVOP Sebagai Senjata Ekonomi Desa

0
1693

Pada hari Senin, 21 Maret 2016 lalu, Pak Bi diundang sebagai salah satu pembicara di acara “Workshop Pengembangan Koperasi dan UMKM” di Wisma Perdamaian, Jl. Imam Bonjol, Semarang. Pada workshop selain Pak Bi yang diundang dalam kapasitasnya sebagai Praktisi Branding yang aktif mendorong UKM untuk mengembangkan potensi lokal sebagai Komunal Brand, juga diundang Ketua Koperasi OVOP Nira Satria Kabupaten Banyumas, Pak Nartam Andrea Nusa, selain tentunya ibu Gayatri dari Dinas Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. Workshop ini dimoderatori oleh Bapak Wahyu Widodo Ph.D dari UNDIP, utamanya membahas peningkatan sinergitas stakeholder terkait pengembangan produk unggulan melalui pendekatan OVOP (One Village One Product) berbasis koperasi.

Gubernur Jawa Tengah, Bapak Ganjar Pranowo membuka acara dengan pidato singkat namun padat. Ia bertanya: “Kalau loenpia hilang dari Semarang, siapa yang salah?” dan beberapa pertanyaan lagi yang terkait dengan potensi lokal daerah-daerah di Jawa Tengah.

aa591795-7871-4662-9156-96b472c6cf6e
Pak Ganjar Pranowo bersama Pak Bi

Menurut Pak Ganjar, kunci dari kemajuan UMKM adalah Kreasi dan Inovasi. Beliau juga meminta setiap desa untuk mengangkat potensi lokalnya agar menjadi Desa Mandiri. Pak Ganjar juga mengingatkan bahwa setiap potensi daerah yang sifatnya khas dan unik agar didaftarkan hak ciptanya agar OVOP bisa menjadi senjata ekonomi. Untuk produk makanan, Pak Ganjar berpesan agar semua pelaku usaha diingatkan untuk meningkatkan faktor higienisnya agar dapat menembus pasar internasional. 

Menurut Pak Ganjar, salah satu sektor yang juga dapat ditingkatkan adalah sektor pariwisata yang tentunya akan melibatkan kuliner lokal. Keunikan kuliner khas suatu daerah bisa membuat wisatawan datang berbondong-bondong, meskipun letaknya jauh dari pusat kota.  Pak Ganjar bicara ini ada buktinya lho, beliau suka banget sama Sate Klatak dari Jogja. Menurutnya sate itu adalah sate yang paling enak dan untuk bisa memakannya, dia rela bela-belain pergi ke tempatnya 😀

Selanjutnya, Pak Ganjar mendukung berkembangnya usaha lokal agar semua usaha kecil pun nantinya bisa menjadi mandiri. Dengan bantuan pemerintah pusat, Kredit Usaha Rakyat (KUR) turun dr 12% menjd 9%, namun khusus Jawa Tengah akan mengusahakan penurunan KUR menjadi 6% utk usaha yang sudah berjalan. Sedangkan untuk usaha yang baru dimulai, Pemprov Jateng akan menyiapkan dana khusus yang ditujukan untuk mendorong usaha baru agar mendapat bantuan pinjaman modal sebesar Rp 25juta dengan bunga rendah, yaitu 2%. Program ini masih dalam tahap perumusan di tingkat Provinsi.

Pak Ganjar pun menutup pidatonya dengan meminta agar setiap desa membuat pilot project dengan bantuan narasumber-narasumber yang ada dengan maksud agar setiap pelaku usaha ditambah ilmunya. Makanya acara ini dibuat dengan format workshop, bukan seminar agar peserta bisa langsung merancang proyek OVOP-nya masing-masing. Selesai membuka acara, Pak Gubernur keliling bertemu dengan UKM-UKM yang ada di ruangan.

b87420e5-bfa3-4632-8df3-a59415408b82
Pak Ganjar keliling untuk bertemu langsung dengan pengusaha UKM

Acara Workshop dibuka oleh Ibu Gayatri mengenai Kebijakan Pembangunan Koperasi dan UMKM. Bu Gayatri menjelaskan bahwa pengembangan OVOP masih terkendala karena UMKM di Jawa Tengah kebanyakan masih berupa startup, sehingga masih sangat membutuhkan dorongan pemerintah dan juga perbankan.

8540bd18-2443-4fd1-9847-77ad3a28a8cd
ki-ka: Ibu Gayatri dari Dinas Koperasi dan UKM Provinsi Jawa Tengah, Bapak Wahyu Widodo Ph.D dari UNDIP sebagai moderator, Pak Bi sebagai Praktisi Branding, dan Pak Nartam Andrea Nusa sebagai Ketua Koperasi OVOP Nira Satria Kabupaten Banyumas

Selanjutnya Pak Nartam Andrea Nusa, Ketua Koperasi OVOP Nira Satria Kabupaten Banyumas, menceritakan pengalaman di lapangan bagaimana melakukan sosialisasi mengenai cara penanganan dan pengolahan gula nira yang baik dan bermutu termasuk hingga pelatihan dan penyuluhan yang ia berikan kepada petani hingga para tengkulak. Melalui kegiatannya, ia mencoba mengubah kebiasaan dan mindset petani agar tidak menggunakan bahan kimia agar kualitas panen terjaga.

Terakhir, Pak Bi menjelaskan mengenai dasar-dasar branding secara umum yang perlu diketahui hingga cara membangun brand terutama dalam kaitannya dengan OVOP.

b02c4cee-0993-4159-afd3-06aee192dc13
Pak Bi sedang presentasi di tengah-tengah hadirin

Pada sesi tanya-jawab, beberapa pertanyaan ditujukan kepada Pak Bi. Pertanyaan pertama datang dari perwakilan Pemalang yang menanyakan bedanya Branding dengan Pencitraan dan Opini. Pertanyaan kedua adalah mengenai 2 kekhasan Pemalang, yaitu makanan Grombyang yang sudah lama terkenal vs sarung Goyor yang belum lama ini jadi terkenal. Bagaimana membrandingnya dan baiknya mana yang diangkat?

Pak Bi menjawab, persamaan Brand dan pencitraan adalah sama-sama menghasilkan opini. Bedanya, Brand dibangun melalui KOMPETENSI (zebra), sedangkan Pencitraan dibuat dari SELF PACKAGING. Keduanya menghasilkan OPINI.

Terkait dengan pelaku UMKM, Pak Bi menilai bahwa kebanyakan mental UMKM masih kurang percaya diri dan merasa inferior sehingga mereka biasanya hanya mengikuti produk pabrikan, sehingga sekilas terlihat mirip atau memang ingin terlihat mirip. Padahal produk UMKM banyak yang masuk kategori Zebra atau berbeda. Hanya tinggal dibuat menjadi Zebra yg outstanding (misalnya menjadi Zebra Merah atau Biru atau Ungu) berdasarkan kompetensi masing-masing. Sehingga produk-produk UMKM benar-benar unik dan menjadi brand yang kuat. Ini yang harus ditanamkan oleh pelaku UMKM.

Sedangkan untuk menjawab pertanyaan kedua, menurut Pak Bi, perlu dibedakan antara produk budaya dan ritual. Tentukan mana yang menjadi lokomotif. Biasanya jika masuk dalam kategori Budaya, maka produk tersebut hanya digunakan saat tertentu. Contoh sarung Goyor tersebut. Mungkin secara produk memang unik, namun apakah bisa dijadikan lokomotif jika orang membeli sarung minimal 1 tahun sekali saat menyambut Hari Raya. Sedangkan produk ritual, biasanya akan lebih sering dibeli atau dikonsumsi. Sehingga nilainya akan bisa lebih besar. Saran Pak Bi, tentukan dulu mana yang bisa menguntungkan secara ekonomi agar dapat dijadikan lokomotif daerah tersebut. Baru kita dorong menjadi produk khas yang mendukung OVOP. Sekali lagi Pak Bi mengingatkan pesan Pak Ganjar bahwa OVOP harus dapat berfungsi sebagai senjata ekonomi daerah tertentu.

Demikian sedikit catatan yang dapat dibawa dari Workshop Pengembangan Koperasi dan UMKM Provinsi Jawa Tengah. Membangun Brand memang membutuhkan waktu. Tentukan masing-masing Zebra dari daerah masing-masing yang berpotensi menjadi lokomotif agar tujuan OVOP sebagai Senjata Ekonomi dapat terlaksana. Terima kasih.

Ralat: ada perubahan di “…Pemalang, yaitu makanan Grombyang yang sudah lama terkenal vs sarung Goyor yang belum lama ini jadi terkenal”. Sebelumnya tertulis “…Pemalang, yaitu sarung Goyor yang sudah lama terkenal vs makanan Grombyang yang belum lama ini jadi terkenal”. Mohon maaf atas kesalahan penulisan tersebut – red.

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here