rumahukm.com. Kata “entrepreneur” berasal dari kata kerja Prancis abad ketiga belas, ‘entreprendre yang berarti “melakukan sesuatu.” Kata “entrepreneur” pertama kali digunakan secara akademis oleh Richard Cantillon seorang ekonom pada kisaran tahun 1730. Cantillon menggambarkan “entrepreneur” sebagai orang yang berani mengambil resiko dengan menggunakan uangnya sendiri untuk menjalankan bisnis.
Lebih lanjut, Frank Knight (1921) menyebutkan entrepreneur memperoleh keuntungan karena keberanian mereka untuk mengambil risiko terhadap ketidakpastian (uncertainty). Oleh sebab itu, Knight menyebutkan seorang entrepreneur harus memiliki pandangan jauh ke depan dan berani mengambil risiko. Kemampuan ini harus didukung dengan kreativitas dan spontanitas untuk mengatasi ketidakpastian.
Jadi, seorang entrepreneur merupakan orang yang secara jeli melihat peluang karena memiliki “entrepreneurial alertness”, kemampuan untuk melihat celah peluang yang orang lain tidak melihatnya berdasarkan informasi yang ada di pasar (Kizner, 1973).
Umumnya, ada tiga pendekatan yang digunakan entrepreneur untuk melihat peluang, yakni mengamati tren, menyelesaikan masalah (solving problem) dan menemukan gap di pasar (Barringer & Duane, 2022).
Meski entrepreneur mampu melihat peluang secara intuisi “entrepreneurial alertness”, langkah selanjutnya melakukan evaluasi terlebih dahulu sebelum memutuskan untuk menjalankan bisnis tersebut. Salah satu caranya dengan menggunakan “Smart Business Map (SBM)”
Pak Budi akan menyampaikan langkah sebelum membangun bisnis yang profitable sebaiknya entrepreneur menganalisis ide dan peluang tersebut dengan 12 pertanyaan “Smart Business Map (SBM).” Misalnya, What is Customer Problem, Who has the Problem, What is the Solution, How Big is the Market dan What factors will impact the business?
Selain itu, Pak Bi menyampaikan sebelum menciptakan produk pastikan terlebih dahulu “value” apa yang ingin ditawarkan kepada konsumen agar mau beli lagi, beli lagi. Caranya mengeksplorasi dan mengidentifikasi ‘value” dengan menggunakan “Branding Canvas” yang terdiri dari 15 langkah, antara lain product insight, product category & competitors, target market dan target audience. Lebih lanjut tentang “Smart Business Map (SBM)” dan “Branding Canvas” akan dikupas secara tuntas workshop “No Brand No Bisnis”
Bagi wirausaha baru maupun pelaku UKM yang ingin membangun bisnis yang growth, sustainable dan profitable, segera ikuti di workshop “No Brand No Bisnis” tanggal 12-13 Juli 2023. Jangan sampai kelewatan!
Pendaftaran dapat melalui biolink @subiakto atau hubungi pak Kasim 085223944575.
Ini saatnya Indonesia “Membumbui Dunia dengan Produk Lokal Indonesia”
Kreasi Anak Bangsa, Cita rasa untuk Dunia
Cita Rasa Dunia … Indonesia
Lebih lanjut, untuk mendapatkan inspirasi dan insight membangun bisnis yang sustainable dan profitable bisa langsung ke website subiakto.com, indonesiaspicingtheworld.com dan rumahukm.com serta subscribe channel Youtube pak Subiakto di Subiakto Official. Dan follow juga Instagram Pak Bi @subiakto.
Penulis: JF Sebayang