Permintaan Stagnan, Ekspor Tekstil Jateng Anjlok

0
643

Bisnis.com, SEMARANG—Pelaku usaha memprediksi nilai ekspor untuk komoditas tekstil dan barang tekstil di Jawa Tengah bakal anjlok hingga kuartal I/2015.

Wakil Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) Jateng Liliek Setiawan mengatakan penurunan ekspor tekstil dikarenakan permintaan di sejumlah negara tujuan ekspor cenderung stagnan. Kondisi tersebut, lanjutnya, karena selama ini pasar ekspor tekstil dari Jateng tergolong tradisional.

Artinya, permintaan barang tekstil hanya terpacu pada pasar yang sudah ada dan belum membidik ke negara lain.

Liliek menyebut hanya ada empat negara tujuan ekspor untuk barang tekstil dari Jateng yakni Amerika Serikat, Eropa, Timur Tengah dan Jepang.

“Pada kuartal I tahun ini ekspor dipastikan turun. Kondisi ini merupakan siklus tahunan, karena belum ada pasar baru di negara lain,” tuturnya kepada Bisnis, Minggu (15/3/2015).

Selain itu, kondisi di beberapa negara tujuan ekspor, ujar Liliek, pada akhir tahun hingga kuartal I biasanya memasuki masa libur. Oleh karena itu, permintaan tekstil belum begitu menggeliat.

Menurunnya nilai ekspor juga diperkuat dengan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jateng. Memasuki awal 2015, ekspor di wilayah ini mengalami sedikit penurunan dibanding ekspor pada Desember 2014.

Tercatat sebesar US$427,01 juta nilai ekspor yang dilakukan Jateng ke negara-negara di seluruh dunia pada Januari 2015, turun sebesar US$39,59 juta atau 8,48% dibandingkan Desember 2014 (US$ 466,61 juta). Penurunan nilai ekspor pada Januari 2015 disebabkan oleh turunnya ekspor komoditas nonmigas pada Januari sebesar US$48,19 juta atau 10,33%.

Dibandingkan pada Januari 2014 (year on year) nilai ekspor Jateng mengalami penurunan sebesar 4,15% (dari US$ 445,49 juta menjadi US$ 427,01 juta).

Penurunan ini juga dialami pada nilai impor Jateng. Pada Januari 2015 nilai impor mencapai US$1.052,08 juta atau mengalami penurunan sebesar US$163,21 juta (13,43%) dibanding impor Desember 2014 (US$1.215,30 juta).

Dari data tersebut, nilai ekspor tekstil dan barang tekstil pada Januari 2015 senilai US$183,12 juta atau menurun 14,6% dibandingkan capaian ekspor pada Desember 2014 diangka US$209,86 juta.

“Kami yakin, ekspor tekstil akan menggeliat pada kuartal II,” paparnya.

Permasalahan yang dialami oleh pelaku industri tekstil dan produk tekstil (TPT), menurut Liliek, yakni ketersedian sumber daya manusia (SDM) yang kian mengikis dari tahun ke tahun. Padahal, tahun ini banyak industri tekstil yang mulai membangun dan membuka pabrik di Jateng.

Maka dari itu, pihaknya menggandeng akademisi untuk membuat lembaga pendidik atau kampus yang mengajarkan keterampilan khusus menjahit bagi tenaga kerja tekstil.
“Sebenarnya lembaga pendidikan itu sudah ada di Solo. Dan respon awal, tenaga kerja itu siap kerja karena banyak perusahaan yang membutuhkan. Ke depan, harus semakin banyak lembaga pendidikan serupa agar tidak kekurangan tenaga kerja,” ujarnya.

Gubernur Jateng Ganjar Pranowo memaparkan ketersedian tenaga kerja di wilayahnya dinilai cukup banyak. Dari jumlah penduduk 33 juta jiwa, masih ada sekitar 1 jutaan jiwa yang belum mendapatkan kepastian pekerjaan alias pengangguran.

“Investor yang kami utamakan saat ini yakni dapat menyerap tenaga kerja cukup banyak. Pastinya, industi padat karya seperti industri tekstil dan sejenisnya,” ujarnya.

Kepala Sub Bidang Promosi Badan Penanaman Modal Daerah atau BPMD Jateng Primasto Ardi Martono menuturkan sepanjang 2014 ada beberapa perusahaan padat karya yang berminat relokasi dari Jawa Barat ke Jateng.

Kepeminatan jumlah investor terbanyak, kata dia, masih didominasi oleh industri tekstil dan produk tekstil.

“Karena Jateng itu unggul dari tekstil. Lahan dan tenaga kerja tersedia cukup banyak,” paparnya.

Data rekapitulasi izin prinsip perusahaan penyertaan modal asing (PMA) dan penyertaan modal dalam negeri (PMDN) di Jateng sampai Triwulan III/2014, sebagai berikut. Jumlah investor PMA sebanyak 72 dengan 104 proyek. Adapun nilai investasi Rp1,08 triliun dan US$157 juta. Serapan tenaga kerja dari PMA mencapai 36.388 orang.

Sementara jumlah investor PMDN yakni 34 dengan 49 proyek. Adapun nilai investasi dari PMDN yakni Rp20,7 triliun dengan serapan tenaga kerja mencapai 28.916 orang.

Sumber: bisnis.com

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here