Yogyakarta – Mursida Rambe, mampu membuktikan dengan modal kepercayaan ia mampu mengelola uang dari awalnya hanya Rp 1 juta menjadi Rp 100 miliar. Caranya dengan mengelola keuangan mikro berbasis syariah atau Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) selama 21 tahun.
Banyak pedagang pasar di berbagai daerah yang terjerat utang pada rentenir atau ‘lintah darat’. Akibatnya usaha mereka tidak bisa berkembang karena hasil keuntungan berdagang banyak untuk membayar utang berbunga tinggi.
Kasus tersebut juga terjadi di Pasar Beringharjo, Yogyakarta. Banyak dari pedagang yang terjerat utang pada rentenir. Berawal dari keprihatinan tersebut, Mursida Rambe tergerak untuk mencegah agar para pedagang di Pasar Beringharjo terhindar dari rentenir.
“Pada awalnya sekitar 21 tahun lalu, saya mulai memperkenalkan ekonomi syariah kepada para pelaku usaha mikro, yakni para pedagang atau bakul di Pasar Beringharjo. Hal tersebut tidaklah mudah waktu itu,” kata Mursida di kantor Pasar Beringharjo Yogyakarta, Jumat (3/7/2015).
Ia kemudian bercerita, modal awalnya Rp 1 juta yang diperoleh dari Dompet Dhuafa. Uang tersebut dimanfaatkan untuk mengembangkan usaha para pedagang. Para pedagang pasar boleh meminjam berapa pun. Sistem pengembaliannya juga fleksibel.
“Saat ini, para pedagang meminjam Rp 25.000, Rp 50.000, Rp 75.000 dan seterusnya. Mereka mengembalikannya dengan nyicil Rp 1.000 per hari. Itu pun para pedagang masih memberikan uang Rp 500 untuk infaq,” katanya.
Menurut dia, bila pedagang sedang sakit dan tidak berjualan, maka tidak ditagih sampai pedagang itu sembuh dan bisa beraktivitas kembali. Cara pembayaran yang fleksibel ini kemudian membuat para pedagang percaya.
Cara seperti ini lanjut dia, membuat para pedagang menjadi nyaman. Mereka akhirnya mempercayai cara syariah ini dalam masalah pinjaman uang. Dengan cara itu setiap pedagang yang memiliki keluarga rata-rata beranggotakan lima orang ini mendapat manfaat dengan sistem syariah.
Dengan profit dan bagi hasil yang besar, dia akhirnya mendirikan lembaga keuangan mikro Baitul Maal Wat Tamwil (BMT) dalam bentuk koperasi syariah bernama BMT Pasar Beringharjo.
Jumlah anggota setiap tahun terus bertambah. Saat ini anggotanya 47.000. Kalau dihitung dengan anggota keluarga mencapai 200.000-an. “Modal yang kami kelola saat ini Rp 105 miliar,” katanya.
Menurutnya sistem syariah yang dibangunnya saat ini menjadi contoh dalam pengelolaan BMT di berbagai daerah. Gubernur DIY Sri Sultan Hamengku Buwono X merespon BMT Pasar Beringharjo dan mendukungnya untuk menjadi contoh bagi daerah lain dalam mengelola manajemen keuangan secara syariah.
Di Jawa Timur pun kemudian dibuka 9 BMT karena banyak juga pelaku ekonomi mikro yang membutuhkan pinjaman tanpa terjerat bunga tinggi seperti saat berutang pada rentenir.
Sumber: Detik.com